PROPOSAL DAN SKRIPSAI ASEP

Iqbal Badar Husen, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia  |  repository.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode dan teknik penelitian yang
digunakan penulis dalam mengumpulkan sumber-sumber dan fakta yang berkaitan
dengan skripsi yang  berjudul “Perkembangan Seni Tradisi  Rampak Bedug di
Kabupaten Pandeglang: Suatu Tinjauan Sosial Budaya Tahun 1970-2000”.
Metode yang dipergunakan penulis dalam penelitian ini adalah metode historis
dengan menggunakan pendekatan interdisipliner dan teknik penelitian berupa
studi literatur, wawancara dan dokumentasi.  Pada bab ini akan dibahas secara
rinci mengenai langkah, prosedur atau metodologi penelitian yang digunakan
untuk mengumpulkan fakta yang berkaitan dengan judul skripsi tersebut.
Pada bagian pertama penulis akan menjelasakan mengenai metode dan teknik
penelitian  sebagai landasan dalam pelaksanaan penelitian yang penulis lakukan.
Pada bagian kedua akan dijelaskan mengenai tahapan-tahapan persiapan dalam
pembuatan skripsi, yaitu penentuan dan pengajuan tema  penelitian, penyusunan
rancangan penelitian, mengurus perizinan dan proses bimbingan. Bagian ketiga
berisi tentang pelaksanaan penelitian yang dimulai dari pengumpulan data
(heuristik) baik sumber tertulis maupun sumber lisan, kritik sumber  dan
interpretasi. Pada bagian terakhir akan dipaparkan men genai proses penulisan
skripsi atau historiografi sebagai bentuk laporan tertulis dari penelitian sejarah
yang telah dilakukan.
34
Iqbal Badar Husen, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia  |  repository.upi.edu
A. Metode dan Teknik Penelitian
1. Metode Penelitian
Metode historis adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis
rekaman dan peninggalan masa lampau dan menuliskan hasilnya berdasarkan
fakta yang telah diperoleh yang disebut  historiografi (Gottschalk, 1986: 32).
Pendapat lain mengatakan metode sejarah ialah “bagaimana mengetahui sejarah”
(Sjamsuddin, 2007: 14). Pandangan lain tentang metode sejarah diungkapkan
oleh Surachmad (1985: 132), mengemukakan bahwa:
“...Metode historis adalah sebuah proses yang meliputi pengumpulan dan
penafsiran gejala, peristiwa ataupun gagasan yang timbul di masa lampau
untuk menemukan generalisasi yang berguna untuk mengetahui kenyataan-kenyataan sejarah malahan juga dapat berguna untuk memahami situasi
sekarang dan meramalkan perkembangan yang akan datang”.
Menurut Ismaun (2005: 34), metode historis biasanya dibagi atas empat
kelompok kegiatan yaitu:
1.  Heuristik, yaitu mencari, menemukan dan mengumpulkan sumber-sumber
sejarah. Dalam tahap ini, penulis mencoba mengumpulkan fakta dan data-data yang berhubungan dengan kesenian Rampak Bedug di Kabupaten
Pandeglang. Sumber ini diperoleh dari studi literatur dan wawancara
langsung dengan pelaku seni dan juga masyarakat di Pandeglang.
2.  Kritik atau analisis sumber, merupakan metode yang digunakan untuk
menilai keabsahan sumber yang dibutuhkan dalam mengadakan penulisan
sejarah. Dalam tahapan ini,  penulis melakukan analisis terhadap sumber-sumber yang didapatkan melalui dua kegiatan, yaitu:
35
Iqbal Badar Husen, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia  |  repository.upi.edu
a.  Kritik ekstern atau kritik luar. Kegiatan ini dilakukan untuk
menilai otentitas sumber sejarah. Dalam kritik ekstern ini,
biasanya menyangkut bahan dan bentuk sumber, umur, dan asal
dokumen, kapan dibuat, dibuat oleh siapa, instansi apa, atau atas
nama siapa. Sumber itu asli atau salinan serta masih utuh
seluruhnya atau sudah berubah.
b.  Kritik intern atau kritik dalam. Kegiatan ini dilakukan untuk
menilai kredibilitas  atau reliabilitas suatu sumber sehingga dapat
dipercaya atau tidak. Untuk menguji kredibilitas sumber diadakan
penilaian instrinstik terhadap sumber dengan mempersoalkan
isinya, pembuatannya, tanggung jawab dan moralnya.
3.  Interpretasi atau penafsiran, merupakan penafsiran dan pengelompokan
fakta dan data yang terkumpul. Dalam hal ini penulis mencoba
mendeskripsikan, menganalisis fakta-fakta tentang perkembangan
kesenian Rampak Bedug di Kabupaten Pandeglang. Adapun pendekatan
yang digunakan penulis untuk mengkaji permasalahan dalam skripsi ini
adalah pendekatan interdisipliner dengan menggunakan konsep-konsep
dari ilmu sosiologi-antropologi.
4.  Historiografi atau penulisan sejarah, merupakan pelukisan, gambaran
sejarah tentang suatu peristiwa yang terjadi pada  masa lalu. Dalam tahap
ini penulis memberikan sebuah bentuk laporan penelitian sejarah yang
berjudul  “Perkembangan  Seni Tradisi  Rampak Bedug di Kabupaten
Pandeglang: Suatu Tinjauan Sosial Budaya 1970-2000”.
36
Iqbal Badar Husen, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia  |  repository.upi.edu
Sementara itu, Kuntowijoyo (2003: 89) mengemukakan bahwa dalam
melaksanakan penelitian sejarah terdapat lima tahapan yang harus ditempuh,
yaitu:
1.  Pemilihan topik
2.  Pengumpulan sumber
3.  Verifikasi (kritik sejarah atau keabsahan sumber)
4.  Interpretasi; analisis dan sintesis
5.  Penulisan
Dalam skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan interdisipliner yaitu
pendekatan yang meminjam konsep pada ilmu-ilmu sosial lain seperti sosiologi
dan antropologi. Pendekatan interdisipliner ini difokuskan pada konsep
kebudayaan dan masyarakat sebagai obyek pendukungnya.  Konsep-konsep yang
dipinjam dari ilmu Sosiologi seperti peranan sosial, perubahan sosial, mobilitas
sosial dan lainnya. Sedangkan konsep-konsep dari ilmu Antropologi dipergunakan
dalam mengkaji mengenai budaya pada masyarakat Pandeglang untuk mengetahui
sejauh mana nilai-nilai budaya yang berkembang dalam masyarakat tersebut.
Penggunaan berbagai konsep disiplin ilmu sosial lain ini memungkinkan suatu
masalah dapat dilihat dari berbagai dimensi sehingga pemahaman tentang masalah
yang akan dibahas baik keluasan maupun kedalamannya semakin jelas.
2. Teknik Penelitian
Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan penulis adalah studi
kepustakaan, wawancara, dan dokumentasi. Studi kepustakaan ini dilakukan
dengan membaca dan mengkaji buku-buku serta artikel yang dapat membantu
37
Iqbal Badar Husen, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia  |  repository.upi.edu
penulis dalam memecahkan masalah yang dikaji yaitu mengenai kesenian Rampak
Bedug. Penulis melakukan studi kepustakaan  yaitu  dengan berkunjung ke
perpustakaan-perpustakaan yang berada di wilayah Banten, Bandung dan daerah-daerah lain guna mencari sumber yang berkaitan dengan permasalahan yang
penulis kaji.  Perpustakaan-perpustakaan tersebut antara lain perpustakaan umum
daerah Kabupaten Pandeglang, perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia
(UPI), perpustakaan Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) serta perpustakaan
lainnya.
Teknik selanjutnya yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah
teknik wawancara. Teknik ini adalah teknik terpenting dalam penelitian, karena
sebagian besar sumber penulis peroleh dari hasil wawancara. Wawancara
dilakukan untuk memperoleh sumber lisan yang dilakukan dengan berdiskusi dan
berkomunikasi (bertatap muka) dengan tokoh-tokoh yang mengetahui bagaimana
perkembangan kesenian Rampak Bedug di Pandeglang.
Penulis mencoba mencari narasumber yang relevan untuk memberikan
informasi yang dibutuhkan, kemudian melakukan wawancara dengan para
narasumber tersebut. Narasumber tersebut berasal dari seniman Rampak Bedug,
pengamat, maupun tokoh-tokoh yang berkaitan dengan permasalahan yang
penulis kaji. Selain itu juga, peneliti melakukan wawancara dengan beberapa
masyarakat untuk mendapatkan tanggapan mereka tentang keberadaan kesenian
Rampak Bedug di Kabupaten Pandeglang.
Teknik wawancara yang dilakukan adalah teknik wawancara gabungan,
yaitu perpaduan antara wawancara terstruktur dengan wawancara tidak terstruktur.
38
Iqbal Badar Husen, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia  |  repository.upi.edu
Wawancara terstuktur atau berencana merupakan wawancara yang terdiri suatu
daftar pertanyaan yang telah dirancang dan disusun sebelumnya. Sedangkan
wawancara tidak terstruktur adalah wawancara  yang tidak mempunyai persiapan
sebelumnya dari suatu daftar pertanyaan.
Teknik wawancara gabungan ini dilakukan agar tujuan dari wawancara
lebih terfokus. Selain itu juga dengan teknik wawancara gabungan, narasumber
dapat dengan leluasa memberikan informasi yang ia ketahui dan data yang
diperoleh lebih lengkap sehingga dapat di olah dengan mudah.  Dalam teknis
wawancara penulis mencoba mengkolaborasikan antara kedua teknik tersebut,
yaitu dengan wawancara terstruktur penulis membuat susunan pertanyaan yang
sudah dibuat, kemudian diikuti dengan wawancara yang tidak terstruktur. Hal ini
dilakukan agar diperoleh jawaban dari setiap pertanyaan yang berkembang kepada
tokoh atau pelaku sejarah.
Teknik selanjutnya yang juga digunakan oleh penulis adalah  dokumentasi.
Teknik ini dilakukan dengan cara mengabadikan kegiatan yang penulis teliti yaitu
mengenai kesenian Rampak Bedug di Kabupaten Pandeglang. Dokumentasi yang
dihasilkan berupa foto-foto kegiatan kesenian yang diteliti.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis mencoba menjadikan
penelitian ini sebagai suatu karya ilmiah  yang sesuai  dengan  tuntutan keilmuan.
Langkah-langkah yang dilakukan terdiri dalam  tiga tahapan yaitu persiapan
penelitian, pelaksanaan penelitian dan laporan penelitian.
39
Iqbal Badar Husen, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia  |  repository.upi.edu
B. Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian, merupakan tahap awal penulis dalam melakukan
penelitian. Dalam persiapan penelitian ini, penulis melakukan beberapa langkah
sebelum melakukan penelitian. Langkah-langkah tersebut ialah:
1. Penentuan atau Pengajuan Tema Penelitian
Penentuan tema penelitian merupakan hal yang pertama kali penulis lakukan
dalam tahap persiapan penelitian, penulis mencoba mencari sumber-sumber  atau
melaksanakan pra penelitian  tentang masalah yang penulis kaji dari berbagai
literatur serta melakukan observasi ke lapangan.  Setelah membaca literatur  serta
melakukan observasi ke lapangan, timbul rasa ketertarikan penulis  untuk
mengangkat perkembangan kesenian Rampak Bedug sebagai judul kajian
penelitian.  Hal ini,  dikarenakan kesenian  Rampak  Bedug sebagai salah satu
kekayaan budaya yang dimiliki oleh kita sangat berharga untuk dilestarikan.
Selain itu penulisan skripsi ini juga bertujuan untuk melengkapi  tulisan-tulisan
terdahulu mengenai sejarah  Pandeglang, khususnya mengenai perkembangan seni
tradisional Rampak Bedug di Pandeglang. Hal itu semata-mata dimaksudkan
untuk kebenaran sejarah, bukan bermaksud mengecilkan arti tulisan-tulisan
terdahulu.
Beberapa alasan di atas mendorong penulis untuk mengajukan judul
penelitian kepada Tim Pertimbangan Penulis Skripsi (TPPS) jurusan Pendidikan
Sejarah Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan Indonesia.
Judul awal yang penulis ajukan ialah  Perkembangan Kesenian Rampak Bedug di
Kabupaten Pandeglang (1960-2002). Namun terjadi perubahan judul, sehingga
40
Iqbal Badar Husen, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia  |  repository.upi.edu
judul skripsi ini ialah  “Perkembangan Seni Tradisi Rampak Bedug di Kabupaten
Pandeglang: Suatu Tinjauan Sosial Budaya Tahun 1970-2000”.
2. Penyusunan Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian penulis buat dalam bentuk proposal skripsi yang
kemudian diajukan kepada Tim Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS) untuk
dipresentasikan dalam seminar proposal skripsi yang diselenggarakan pada
tanggal 27 Januari 2010 yang diselenggarakan di Laboratorium Jurusan
Pendidikan Sejarah FPIPS UPI. Adapun proposal penelitian tersebut pada
dasarnya berisi tentang:
1.  Judul Penelitian
2.  Latar Belakang Masalah
3.  Rumusan Masalah
4.  Tujuan Penelitian
5.  Manfaat Penelitian
6.  Tinjauan Kepustakaan
7.  Metode dan Tekknik Penelitian
8.  Sistematika Penulisan
Setelah rancangan penelitian diseminarkan dan disetujui, maka pengesahan
penelitian ditetapkan dengan surat keputusan bersama oleh Tim Pertimbangan
Penulisan Skripsi (TPPS) dan ketua Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI
dengan No 014/ TPPS/ JPS/ 2010 tertanggal 6 April 2010, serta ditentukannya
41
Iqbal Badar Husen, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia  |  repository.upi.edu
pembimbing I yaitu  Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd  dan pembimbing II
yaitu Drs. Ayi Budi Santosa, M.Si.
3. Mengurus Perijinan
Sebelum melakukan penelitian, tentu saja penulis memerlukan alat
kelengkapan untuk menunjang kelancaran penelitian. Sebagai salah satu caranya
penulis melakukan pengurusan surat perijinan yang berkaitan dengan penulisan
skripsi ini, antara lain:
1.  Surat Keputusan Penunjukan Pembimbing;
2.  Surat permohonan ijin penelitian dari Rektor Universitas  Pendidikan
Indonesia;
3.  Surat-surat rekomendasi lain yang diperlukan.
Surat keputusan ijin mengadakan penelitian dari pihak Rektor Universitas
Pendidikan Indonesia,  digunakan sebagai surat pengantar untuk menguatkan
bahwa penulis sedang melakukan suatu penelitian sehingga penulis dapat
memperoleh data dan fakta dari pihak yang berkaitan baik berupa instansi atau
perorangan.
4. Proses Bimbingan
Bimbingan atau konsultasi dalam penyusunan skripsi dilakukan oleh penulis
kepada pembimbing yang telah ditetapkan oleh  Tim Pertimbangan Penulisan
Skripsi (TPPS), melalui surat keputusan dari Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah
dengan nomor  No 014/ TPPS/ JPS/ 2010  ditetapkan bahwa dosen pembimbing I
ialah  Prof. Dr. H. Dadang Supardan, M.Pd dan  dosen  pembimbing II yaitu Drs.
Ayi Budi Santosa, M.Si.
42
Iqbal Badar Husen, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia  |  repository.upi.edu
Pada proses bimbingan, penulis  mendapatkan arahan serta masukan dari
dosen pembimbing tentang kendala-kendala yang penulis hadapi dalam
melakukan penulisan skripsi. Arahan  serta masukan  yang diberikan  oleh dosen
pembimbing  dilakukan  agar penulisan skripsi ini lebih terarah dan tepat sasaran.
Dosen pembimbing memberikan masukan kepada penulis mengenai isi maupun
teknik penulisan skripsi.
C. Pelaksanaan Penelitian
Pelakasanaan penelitian merupakan hal yang penting dari rangkaian proses
penelitian guna mendapatkan data dan fakta yang dibutuhkan. Pada tahap ini,
penulis menempuh beberapa tahapan antara lain:
1. Heuristik (Pengumpulan Sumber)
Heuristik merupakan sebuah kegiatan mencari dan mengumpulkan sumber-sumber untuk mendapatkan data dan fakta. Dalam proses pengumpulan sumber,
penulis mencari sumber yang relevan dengan permasalahan yang dikaji.
Dalam proses pengumpulan sumber, lebih dititikberatkan pada sumber lisan,
karena masih minimnya sumber tertulis yang secara khusus membahas
permasalahan yang penulis kaji. Walaupun demikian , penggunaan sumber tertulis
dilakukan umtuk membantu memudahkan analisis dalam penulisan ini.
a. Sumber Tertulis
Dalam tahapan ini, penulis mencoba mendapatkan sumber-sumber tertulis
yang relevan dengan masalah yang dikaji. Sumber tertulis diperoleh dari buku,
dokumen, artikel, majalah, Koran, serta karya ilmiah lainnya.
43
Iqbal Badar Husen, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia  |  repository.upi.edu
Dalam proses pengumpulan sumber tertulis ini, penulis melakukan
kunjungan ke berbagai perpustakaan dan instansi terkait dalam  penelitian ini,
seperti perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), perpustakaan umum
daerah Pandeglang, perpustakaan daerah Jawa Barat, perpustakaan Sekolah
Tinggi Seni Indonesia (STSI), Dinas Pariwisata dan Budaya Kabupaten
Pandeglang, Dinas Pariwisata dan Budaya Provinsi Banten, perpustakaan umum
FIB Universitas Pajajaran serta kebeberapa toko buku yang berada di wilayah
Bandung.
Buku-buku yang diperoleh terkait dengan permasalahan yang dikaji
mengenai seni dan kebudayaan antara lain buku  “Taksonomi Seni”  karya Saini,
“Estetika Paradoks”  karya Jakob Sumardjo dan bukunya Koentjaraningrat yang
berjudul “Pengantar Ilmu Antropologi”. Dalam penjelasan mengenai Seni Tradisi
dan Seni Pertunjukan buku yang digunakan yaitu,  “Seni, Ttradisi dan
Masyarakat”  karya Umar Kayam,  “ Seni Pertunjukan di Era Globlisasi”  karya
R.M Soedarsono, serta buku karya Edy Sedyawati yang bejudul  “Pertumbuhan
Seni Pertunjukan”.
Selanjutnya, buku terkait dengan Nilai-nilai Budaya dan Kearifan Lokal
antara lain,  “Dinamika Budaya Lokal”  karya Kusna Adimiharja dan buku karya
Edi Sedyawati yang berjudul  “Budaya Indonesia “Kajian arkeologi, seni, dan
sejarah”. Kemudian buku terkait dengan Kreativitas seniman yaitu buku karya
Dedi Supriadi yang berjudul  “Kreativitas,  Kebudayaan & Perkembangan Iptek”.
Penulis juga menggunakan sumber tertulis mengenai teori-teori yang dipakai
44
Iqbal Badar Husen, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia  |  repository.upi.edu
sebagai landasan teori yaitu buku karangan Koentjaraningrat yang berjudul
“Sejarah Teori Antropologi I”.
Penulis juga menggunakan buku-buku yang di  dalamnya menjelaskan
tentang kesenian Rampak Bedug di Kabupaten Pandeglang secara sekilas. Selain
sumber-sumber tertulis tersebut, penulis juga melakukan pencarian sumber
melalui  browsing  di internet guna memperoleh informasi yang sesuai dengan
masalah yang penulis kaji.  Sumber-sumber yang didapatkan mengenai kesenian
Rampak Bedug antara lain skripsi yang berjudul “Pola Tabuh Rampak Bedug
Pada Acara “Road Show to School Satu Tahun Bale Seni Ciwasiat” di Kecamatan
Pandeglang. Selain itu penulis juga menemukan buku sumber yang  sekilas
membahas tentang kesenian Rampak Bedug, yaitu buku yang berjudul  “Profil
Seni Budaya Banten”  yang disusun oleh Tim Subdin Kebudayaan Provinsi
Banten.
b. Sumber Lisan atau Wawancara
Dalam mengumpulkan sumber lisan, dilakukan pencarian narasumber yang
relevan agar dapat memberikan informasi yang sesuai dengan permasalahan yang
dikaji melalui teknik wawancara. Dalam wawancara dengan para narasumber
perlu memperhatikan faktor mental dan  fisik (kesehatan), perilaku (kejujuran),
serta usia yang memadai.
Narasumber yang diwawancarai adalah mereka yang benar-benar melihat
dan mengalami kejadian tersebut. Narasumber dikelompokan menjadi dua, yaitu
pelaku dan saksi. Pelaku adalah mereka yang benar-benar mengalami kejadian
atau peristiwa mengenai kesenian Rampak Bedug, misalnya seniman atau
45
Iqbal Badar Husen, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia  |  repository.upi.edu
budayawan. Sedangkan saksi adalah mereka yang melihat dan mengetahui
kejadian atau peristiwa tersebut, misalnya masyarakat pendukung atau instansi
terkait.
Penggunaan teknik wawancara ini sangat diperlukan dalam mencari
informasi, sebagai suatu pelengkap dari sumber tertulis. Melalui wawancara ini,
dapat diperoleh sumber-sumber lisan secara mendalam dan objektif dari objek
kajian penelitian ini. Seperti diungkapkan oleh Kuntowijoyo “teknik wawancara
merupakan suatu cara untuk mendapatkan informasi secara lisan dari narasumber
sebagai pelengkap dari sumber tertulis” (Kuntowijoyo, 2003:23).
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik wawancara berencana
dan  tidak berencana. Wawancara berencana bertujuan agar dalam melakukan
wawancara pertanyaan yang diajukan oleh penulis menjadi terstuktur dan
sistematis. Sedangkan wawancara tidak berencana bertujuan agar dalam
melakukan wawancara narasumber yang diwawancarai  tidak merasa kaku dan
dapat memberikan informasi yang lebih lengkap.
Sebelum melaksanakan wawancara penulis mempersiapkan instrumen
wawancara atau daftar pertanyaan terlebih dahulu. Wawancara akan berjalan
dengan lancar apabila peneliti merumuskan pertanyaan dengan sempurna, dan isi
pertanyaan tersebut merupakan pokok dari permasalahan yang di kaji. Perumusan
pertanyaan tersebut merupakan salah satu cara untuk menghindarkan peneliti
kedalam kemacetan wawancara karena kehabisan pertanyaan.
Narasumber yang penulis wawancarai mengenai permasalahan yang penulis
kaji tentang kesenian Rampak Bedug di Kabupaten Pandeglang yaitu Bapak
46
Iqbal Badar Husen, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia  |  repository.upi.edu
H.Illen, beliau merupakan salah satu tokoh pelopor Kesenian Rampak Bedug.
Wawancara yang dilakukan dengan H. Illen adalah wawancara  gabungan antara
wawancara berencana dan tidak berencana. Narasumber selanjutnya adalah Bapak
Diding Sujai, beliau merupakan salah satu senior seniman Rampak Bedug, dalam
wawancara dengan beliau digunakan pula wawancara gabungan anatara
wawancara berencana dan tidak berencana.
Tokoh selanjutnya yang berhasil diwawancarai adalah Bapak Dawiri,
merupakan seorang sesepuh dalam kesenian Rampak Bedug di Kabupaten
Pandeglang. Ketiga tokoh tersebut merupakan para pelaku seni/ seniman Rampak
Bedug yang sudah memiliki nama dalam dunia seni Rampak Bedug. Mereka juga
memiliki sanggar seni Rampak Bedug, sebagai wujud kecintaan mereka dalam
“dunia” seni Rampak Bedug.
Narasumber selanjutnya yang penulis wawancarai adalah Bapak Suminta,
S.pd. yang merupakan Kepala Bidang Sejarah dan Seni Tradisi Kabupaten
Pandeglang. Selain Bapak Suminta, perwakilan dari dinas setempat yang penulis
berhasil wawancarai adalah Bapak Alam, beliau merupakan salah satu staf bidang
kesenian Kabupaten Pandeglang. Wawancara dilakukan untuk mengetahui
peranan pemerintah dalam pelestarian kesenian Rampak Bedug di Kabupaten
Pandeglang.
Wawancara dengan narasumber di atas dilakukan dengan berbagai
pertimbangan bahwa pelaku nerupakan tokoh yang terlibat dalam peristiwa sesuai
dengan periodisasi yang penulis kaji. Penggunaan teknik wawancara ini
47
Iqbal Badar Husen, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia  |  repository.upi.edu
diharapkan memberikan data dan informasi yang objektif mengenai masalah yang
dikaji dalam penelitian ini.
Setelah melakukan proses wawancara, hasil wawancara tersebut disalin
dalam bentuk tulisan agar mempermudah penulis dalam proses pengkajian yang
akan dibahas pada bagian selanjutnya. Semua sumber yang diperoleh kemudian
dikumpulkan untuk dilakukan penelaahan serta pengklasifikasian informasi-informasi yang diperoleh agar relevan dengan permasalahan yang penulis kaji.
2. Kritik Sumber
Untuk membuat rekonstruksi imajinatif masa lampau ia harus mencari dan
mengumpulkan sumber-sumber sejarah untuk kemudian menggunakan sumber-sumber sejarah itu dengan meneliti isinya (Ismaun, 2005: 48). Tahap selanjutnya,
untuk memperoleh gambaran yang sesuai dengan permasalahan yang penulis kaji,
maka setelah mengumpulkan sumber-sumber sejarah (heuristik) baik itu sumber
lisan atau tulisan, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah dengan melakukan
kritik terhadap sumber-sumber tersebut.
Kritik sumber dilakukan untuk membuktikan kebenaran dari informasi/
sumber-sumber yang didapatkan. Dalam kritik sumber, informasi yang berupa
data dan fakta tersebut kemudian dibandingkan antara sumber yang satu dengan
yang lainnya. Kritik sumber yang dilakukan tidak hanya terrhadap sumber
literatur atau sumber tertulis sajah, tetapi juga dilakukan terhadap sumber lisan
atau hasil wawancara.
Sebelum sumber tersebut digunakan terdapat lima pertanyaan yang
digunakan sebagai gambaran umum yang harus dijawab, yakni:
48
Iqbal Badar Husen, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia  |  repository.upi.edu
1.  Siapa yang mengatakan itu?
2.  Apakah dengan satu atau cara lain kesaksian itu telah diubah?
3.  Apakah yang sebenarnya dimaksud oleh orang itu dengan kesaksian
orang itu?
4.  Apakah orang yang memberikan kesaksian itu saksi mata (witness)
yang kompeten-apakah ia tahu fakta itu?
5.  Apakah saksi itu mengatakan yang sebenarnya (truth) dan
memberikan kepada kita fakta yang diketahuinya itu? (Sjamsuddin,
2007: 133).
Dalam mengkritik sumber lisan, harus memperhatikan beberapa hal seperti
faktor usia serta hal yang paling penting dalam melakukan identifikasi narasumber
adalah daya ingat narasumber, hal ini sangat berpengaruh dalam pemberian
informasi. Penulis melakukan pencarian narasumber dengan memperhatikan usia
mereka yang sesuai dengan kurun waktu yang penulis kaji (1970-2000), dimana
usia narasumber tersebut rata-rata 60-70 tahun.
a. Kritik Eksternal
Kritik eksternal ialah cara melakukan verifikasi atau pengujian terhadap
aspek-aspek “luar” dari sumber sejarah (Sjamsuddin 2007: 132). Kritik eksternal
bertujuan untuk memeriksa sumber sejarah dan menegakan otentitas dan integritas
dari sumber tersebut. Dalam kritik sumber ini, pemeriksaan yang ketat terhadap
sumber sangat diperlukan, karena terkadang dalam suatu penelitian ditemukan
sumber yang dibuat-buat atau dipalsukan.
Kritik eksternal harus menegakan fakta dari kesaksian bahwa:
-  Kesaksian itu benar-benar diberikan oleh orang ini atau pada waktu
ini (authenticity).
-  Kesaksian yang telah diberikan itu telah bertahan tanpa ada perubahan
(uncorupted), tanpa ada suatu  tambahan-tambahan atau penghilangan-penghilangan yang substansial (integrity) (Sjamsuddin, 2007: 134).
49
Iqbal Badar Husen, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia  |  repository.upi.edu
Kritik eksternal ini dilakukan terhadap sumber tertulis maupun sumber lisan.
Kritik eksternal terhadap sumber tertulis dilakukan dengan cara memilih buku-buku yang memiliki kaitan dengan permasalahan yang dikaji. Hal yang harus
diperhatikan dalam mengkritik sumber tertulis ini (buku-buku) yaitu sumber ini
harus memiliki informasi yang lengkap, seperti nama penulis, penerbit, tahun
terbit, dan tempat terbit buku tersebut.
Adapun kritik eksternal terhadap sumber lisan dilakukan dengan cara
mengidentifikasi narasumber apakah mengetahui, mengalami atau melihat
mengenai objek yang penulis kaji. Hal lain yang harus diperhatikan dalam
melakukan kritik terhadap narasumber yaitu faktor usia, kesehatan (mental
maupun fisik), serta kejujuran narasumber.
b. Kritik Internal
Setelah melakukan kritik eksternal, maka data yang diperoleh tersebut di
evaluasi melalui kritik internal. Kritik internal merupakan kritik yang digunakan
untuk menilai kredibilitas sumber dengan mempersoalkan isinya, kemampuan
pembuatannya, tanggung jawab dan moralnya. Aspek yang diperhatikan dalam
kritik internal ini menekankan pada aspek “dalam” dari sumber yaitu kesaksian
(testimoni).
Kritik internal dilakukan terhadap sumber tertulis dan sumber lisan. Kritik
internal terhadap sumber tertulis dilakukan dengan cara membandingkan sumber
yang satu dengan sumber yang lainnya, untuk mendapatkan informasi dan fakta
yang benar dan akurat. Adapun kritik  internal terhadap sumber lisan yaitu dengan
cara membandingkan hasil wawancara antar narasumber yang satu dengan
50
Iqbal Badar Husen, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia  |  repository.upi.edu
narasumber yang lainnya, sehingga penulis memperoleh informasi yang
dibutuhkan mengenai perkembangan kesenian Rampak Bedug di Kabupaten
Pandeglang.
3. Interpretasi
Tahap selanjutnya setelah melakukan heuristik dan kritik (kritik eksternal
dan internal) adalah interpretasi. Interpretasi merupakan penafsiran terhadap
fakta-fakta yang telah dikumpulkan atau disebut juga sebagai analisis sejarah.
Penafsiran mengenai sejarah mempunyai tiga aspek pokok yaitu:
1.  Analitis-kritis: menganalisis struktur intern (struktur insan-ruang-waktu), pola-pola hubungan antar fakta-fakta, gerak dinamika dalam
sejarah, dan sebagainya;
2.  Historis-substantif: menyajikan suatu  uraian prosesual dengan
dukungan fakta yang cukup sebagai ilustrasi suatu perkembangan;
3.  Sosial-budaya: memperhatikan manifestasi insan dalam interaksi dan
interelasi sosial budaya (Gottschalk, 1986: 23-24).
Berdasarkan pemaparan di atas, dalam tahap  interpretasi diperlukan analisis dari
fakta-fakta yang telah dikritisi sebelumnya. Fakta-fakta yang penulis peroleh,
dikumpulkan, dipilih serta diklasifikasikan sesuai dengan permasalahan yang
penulis kaji, untuk kemudian disajikan dalam suatu uraian mengenai
perkembangan Kesenian Rampak Bedug di Kabupaten Pandeglang.
Untuk mempertajam analisis terhadap permasalahan yang penulis kaji, maka
pada tahap ini digunakan pendekatan interdisipliner. Pendekatan interdisipliner
yang digunakan ialah ilmu sejarah sebagai disiplin ilmu utama dalam mengkaji
permasalahan dibantu oleh ilmu-ilmu sosial lainnya seperti sosiologi dan
antropologi. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai
permasalahan yang dikaji dan mempermudah dalam proses menafsirkan.
51
Iqbal Badar Husen, 2011
Universitas Pendidikan Indonesia  |  repository.upi.edu
4. Historiografi
Tahapan selanjutnya dari penelitian ini adalah historiografi. Historiografi
ialah usaha untuk mensintesiskan data-data dan fakta-fakta sejarah menjadi suatu
kisah yang jelas dalam bentuk lisan maupun tulisan (Ismaun, 2005: 28). Pada
tahapan ini, penulis mencoba mengerahkan kemampuannya untuk “bercerita”
mengenai hal yang menjadi pokok permasalahan yang dikaji. Hasil penelitian
tersebut penulis susun menjadi suatu karya tulis yang berupa skripsi.
Skripsi tersebut penulis susun dengan gaya bahasa yang sederhana, ilmiah
dan menggunakan penulisan yang sesuai dengan ejaan yang disempurnakan.
Adapun sistematika penulisan yang digunakan disesuaikan dengan buku pedoman
penulisan karya ilmiah yang ditentukan pihak Universitas Pendidikan Indonesia
(UPI).
Skripsi ini penulis bagi menjadi 5 bagian. Bab pertama merupakan
pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, metode dan teknik penelitian, dan sistematika penulisan. Bab kedua
berisikan tinjauan pustaka dan landasan teori yang penulis gunakan dalam
penulisan skripsi ini. Bab ketiga mengenai metode penelitian yang digunakan.
Bab keempat merupakan pembahasan yang telah dirumuskan. Bab kelima
merupakan kesimpulan jawaban dari beberapa permasalahan yang diajukan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

labuan dilanda banjir paca tsunami

suara.com -  Sejumlah wilayah di Kecamatan Labuan, Kabupaten  Pandeglang  , Banten dilaporkan terkena  banjir  tinggi saat malam  tahun bar...