Jumat, 21 September 2012
info terbaru pengurus paskibra jiput
Hibauan kepada semu pengurus PPI kecamatan jiput bahwasannya di bulan desember kita akan mengadakan LSBB tingkat SLTA,SLTP dan SD, se- kecamatan jiput. di mohon partisipasinya dan kesiapanya demi kelancaran kegiatan tersebut
Rabu, 19 September 2012
BARIS BERBARIS PASKIBRAKA
Baris Berbaris Paskibraka |
Filed under: artikel http://kangasepzeeny.blogspot.com |
,
Baris
berbaris memegang peranan penting dalam palaksanaan pengibaran Bendera
Sang Merah Putih. Derap langkah yang tegas dan kompak akan sangat
mempengaruhi jiwa dan semangat Paskibraka untuk melaksanakan tugas.
Kekompakan anggota Paskibraka tercermin dari sikap disiplin dalam
melaksanakan baris berbaris dan membentuk formasi.
Peraturan Baris Berbaris.
Peraturan baris berbaris diseluruh Indonesia hanya mengacu pada Peraturan
Baris Berbaris Militer yang terdapat dalam Buku Peraturan tentang Baris
Berbaris Angkatan Bersenjata. Buku ini disahkan oleh Surat Keputusan
Pangab dan peraturan yang terakhir adalah Skep Pangab nomor :
Skep/011/X/1985 tanggal 2 Oktober 1985, tetapi tahun 1992 ada perubahan
pada Skep tersebut pada tempo langkah biasa dan langkah tegap dari 96
langkah tiap menit menjadi 120 langkah tiap menit.
Di
dalam peraturan ini dibagi dalam 2 bagian yaitu baris berbaris dengan
menggunakan senjata dan baris berbaris tanpa senjata. Peraturan baris
berbaris militer tersebut diterapkan disemua kegiatan baris berbaris,
sehingga dalam latihan Paskibraka harus mengacu pada peraturan baris
berbaris tanpa senjata yang berlaku dan tidak boleh menerapkan
aturan-aturan sendiri.
Pelatih.
Karena
yang mengeluarkan peraturan baris berbaris adalah militer maka dengan
dasar itu pelatih Paskibraka diambil dari instansi militer karena
dianggap lebih memahami peraturan tersebut dan dapat memberikan ilmu
baris berbaris sesuai peraturan yang berlaku. Didalam perkembangannya
pelatih disekolah banyak yang melibatkan para purna paskibraka untuk
melatih baris berbaris, namun harus dipahami bahwa siapapun yang
memberikan latihan baris berbaris baik dari unsur militer maupun
sipil/purna paskibraka semuanya harus berpedoman pada Peraturan Baris
Berbaris yang berlaku.
Kewajiban Pelatih.
Keberhasilan
latihan baris berbaris sangat tergantung pada kualitas dan kesanggupan
seorang pelatih. Pelatih yang melatih hanya karena tugas tidak akan bisa
mencapai hasil yang sempurna. Pelatih baris berbaris harus mempunyai
kemampuan ilmu melatih sesuai peraturan peraturan yang berlaku dan
kemampuan psikologis untuk mengerti kemampuan anak didiknya. Pelatih
yang berkualitas harus mempunyai dasar-dasar melatih dan mempersiapkan
segala sesuatunya dengan sebaik-baiknya antara lain :
1. Perasaan kasih sayang,
Pelatih harus dapat merasakan apa yang dirasakan oleh anak didiknya.
2. Persiapan
Persiapan
yang baik akan menentukan keberhasilan latihan. Pelatih harus
mempersiapkan program apa yang akan dilatihkan, pembagian waktu, alat
–alat yang diperlukan, tempat dan lain sebagainya.
3. Mengenal tingkatan anak didik.
Kemampuan
setiap anak didik berbeda-beda dalam menyerap materi latihan yang
diberikan, oleh sebab itu pelatih harus dapat memahami kemampuan setiap
anak didiknya dan memberikan metode latihan sesuai yang dibutuhkan
sehingga pada akhirnya dapat dicapai suatu hasil yang optimal.
4. Tidak sombong
Keahlian
dan kepandaian melatih bukanlah hal yang harus disombongkan atau hanya
dipamerkan, melainkan wajib diamalkan dan diberikan kepada anak didiknya
dengan kesabaran dan ketelatenan.
5. Adil
Pelatih harus dapat memberikan
keseimbangan saat latihan dalam segala hal dengan cara memberikan
pujian atau teguran tanpa membeda-bedakan satu dengan lainnya.
6. Teliti
Pelatih
harus cermat dalam melaksanakan ketentuan-ketentuan sesuai dengan
aturan yang berlaku. Gerakan setiap anak didiknya harus selalu
diperhatikan sehingga dapat menerapkan gerakan sesuai dengan aturan yang
benar.
7. Sederhana
Dalam
memberikan penjelasan setiap gerakan pelatih harus mempergunakan bahasa
dan kalimat yang sederhana sehingga mudah dipahami oelh setiap anak
didik.
8. Teladan
Pelatih
sebaiknya banyak memberikan dengan contoh-contoh gerakan, memberikan
teladan dan selalu mengoreksi setiap anak didiknya sehingga mereka dapat
melakukan gerakan dengan baik dan benar. Jika dilapangan pelatih
sebaiknya tidak usah terlalu banyak bercerita atau memberikan
pengarahan-pengarahan yang tidak perlu sebab yang diperlukan adalah
pengulangan latihan-latihan setiap gerakan sehingga anak didik
benar-benar memahami setiap gerakan dan dapat melaksanan dengan benar.
Perbandingan pelatih
Untuk
latihan baris berbaris maka kualitas dan kemampuan pelatih sangat
menentukan ratio pelatih dan anak didik. Untuk latihan baris berbaris
maka ratio 1 : 15 atau 1 : 20 adalah ratio yang ideal, kalau terlalu
banyak pelatih akan membuat anak didik menjadi bingung. Dalam
melatih harus ditunjuk 1 orang pelatih yang akan mengatur
pembagian-pembagian kelompok kecil, pemberian aba-aba gerakan dan lain
sebagainya.
Program latihan
Tahap latihan baris berbaris adalah sebagi berikut :
1. Gerakan ditempat.
Gerakan baris berbaris yang dilakukan ditempat misal : Sikap siap,
istirahat, hormat, lencang kanan, jalan ditempat dan lain sebagainya.
Gerakan ditempat adalah kunci sukses dalam latihan baris berabris. Dalam
latihan awal ini ketegasan pelatih mutlak diperlukan, karena jika anak
didik sudah terbiasa dengan aba-aba dan gerakan yang tegas serta kompak
maka dalam latihan pindah tempat dan berjalan akan menjadi mudah, karena
secara emosi mereka sudah mulai terarah pada gerakan-gerakan
selanjutnya.
2. Gerakan pindah tempat
Gerakan
baris berbaris dengan pindah tempat tanpa melakukan gerakan berjalan,
misal : 2 langkah kedepan/kebelakang, geser ke kekiri/kanan dan lain
sebagainya
3. Gerakan berjalan.
Dalam
latihan berjalan maka tahap latihan sebaiknya dibagi dalam
kelompok-kelompok kecil antar 10 – 15 orang per kelompok karena akan
lebih mudah untuk memperhatikan dan mengoreksi gerakan setiap anggota,
setelah anggota pasukan dianggap mampu baru digabung menjadi kelompok
yang besar.
1. Langkah Biasa
Yaitu
membiasakan peserta untuk melakukan gerakan-gerakan langkah biasa, hal
ini juga dimaksudkan agar dapat diberikan dasar-dasar penyeragaman
langkah.
2. Langkah Tegap
Gerakan langkah tegap akan gerakan baris berbaris
dengan sikap yang tegap baik ayunan tangan dan kaki, termasuk hentakan
kaki sehingga dapat menimbulkan irama yang tegap, kompak dan mantap.
Dalam
langkah tegap kekompakan dan keseragaman ayunan tangan harus
benar-benar diperhatikan karena ayunan tangan akan menunjukkan keindahan
dalam dalam berbaris.
3. Latihan tempo melangkah.
Saat
latihan baris berbaris yang harus diperhatikan adalah tempo langkah
baris berbaris dan kekompakan untuk melaksanakan sesuai peraturan tempo
yang berlaku.
Untuk
latihan tempo berjalan maka para pelatih dapat menggunakan tape
recorder dan memutar lagu-lagu mars sesuai dengan tempo yang berlaku.
Saat ini tempo langkah baris berbaris yang berlaku adalah 120 langkah
per menit dengan panjang langkah 65 cm.
Berbaris
sambil diiringi lagu-lagu mars akan membuat semua anggota pasukan lebih
mudah menyeragamkan langkah sesuai dengan tempo lagu yang diputar.
Dalam
latihan tempo dapat dibagi dalam kelompok-kelompok kecil dan
masing-masing kelompok bergantian melakukan gerakan kombinasi jalan
ditempat dan langkah biasa atau langkah tegap. Dengan latihan kombinasi
ini akan mempermudah saat melakukan formasi pengibaran bendera, karena
saat melakukan formasi biasanya gerakan jalan ditempat dan langkah tegap
akan saling mengisi sehingga tempo langkah setiap anggota harus sama
dan kompak
Pujian dan Hukuman
Dalam
latihan baris berbaris kadang-kadang ada anggota yang melakukan
gerakan-gerakan yang sangat kompak dan bagus dalam melakukan gerakan.
Pelatih yang baik akan selalu jeli terhadap semua gerakan anak
didiknya,dan disaat istirahat maka pelatih sebaiknya tidak
segan-segan untuk memberikan pujian. Tetapi apabila ada anggota pasukan
yang melakukan kesalahan-kesalahan dalam melakukan baris berbaris maka
pelatih dalam memberikan hukuman harus jelas arahnya agar kejadian
tersebut tidak terulang lagi. Hukuman sebaiknya tidak berupa hukuman phisik yang dilakukan secara langsung misal push up, squat jam dan lain-lainnya, karena :
Hukuman
seperti ini tidak akan berdampak positip bagi anggota karena merugikan
kondisi phisik anggota yang terbuang tenaganya sebab harus menjalani
hukuman
Membuang waktu karena ada anggota yang dihukum sehingga anggota yang lain tidak dapat meneruskan latihan.
Hukuman yang dilakukan sebaiknya bersifat
mendidik dan membuat anggota yang melakukan kesalahan benar-benar
merasakan bahwa akibat kesalahan yang dilakukan akan merugikan anggota
yang lain.
Jika
ada anggota yang sering melakukan kesalahan maka anggota yang
bersangkutan dipisah dan secara individual diberikan arahan dan
dikoreksi gerakan-gerakannya. Jika kesalahan dilakukan saat melakukan
gerakan ditempat maka dapat diberi hukuman dengan melakukan
gerakan-gerakan yang salah sebanyak 10 kali, dengan cara seperti ini
selain akan meningkatkan kemampuan anak didik juga sebagai bentuk
latihan khusus sehingga anggota tersebut dapat lebih memahami
kekurangannya dan memperbaiki dengan cepat, sedang manfaat pelatih
dengan memberi hukuman seperti itu maka akan meningkatkan kemampuan
anggotanya secara cepat tanpa merugikan yang lain.
Jika
kesalahan dilakukan saat latihan berjalan maka secara personal anggota
tersebut dapat diperintah untuk melakukan langkah tegap secara sendiri/
personal. Dengan cara ini palatih dapat memperhatikan kemampuan secara
individu, sedang bagi anggota yang melakukan baris berbaris sendiri akan
menimbulkan perasaan malu karena telah melakukan kesalahan dan pasti
dia akan berusaha untuk tidak mengulanginya lagi.
Hukuman-hukuman
yang berupa push up, squat jam atau hukuman phisik lainnya sudah
saatnya ditinggalkan karena hanya akan merugikan peserta latihan secara
keseluruhan dan bersifat kurang mendidik. Jika ada yang
beralasan kalau hukuman tersebut untuk meningkatkan kondisi phisik, maka
pelatih yang mengatakan hal tersebut harus meningkatkan pemahaman
tentang latihan baris berbaris yang benar,sebab saat sudah masuk latihan
baris berbaris Paskibraka kondisi phisik peserta harus baik dan
peningkatan kondisi phisik secara instant akan membuat peserta kurang
sehat sehingga tidak dapat berprestasi dengan optimal.
|
Kamis, 06 September 2012
MANFAAT UPACARA BENDERA
Posted by Kang Asep Zeeny
Upacara sebenarnya juga bagian dari interaksi edukatif dan
instrument/alat yang cukup efektif untuk menumbuhkembangkan nilai-nilai
tertentu serta upaya mengaktualkan potensi-potensi insan didik.
Nilai-nilai tersebut diantaranya :
1. Potensi Kepemimpinan
Setiap siswa secara bergilir diberi kesempatan untuk tampil memimpin upacara. Sebagai pemimpin upacara dituntut untuk melakukan aba-aba/tindakan-tindakan tertentu, dalam satu tahun ajaran seorang siswa dapat memperoleh 2 – 3 kali memimpim teman-temannya
2. Tertib Sosial Normatif lmperatif
Ada aba-aba dan tata cara yang baku yang memimpin maupun yang dipimpin. Ketika seseorang berperan memimpin harus bisa memainkan peran sesuai posisinya. Begitu juga yang berposisi yang dipimpin. Dari sini diharapkan tumbuh kesadaran bahwa pada setiap kelompok sosial demi tertib sosial terdapat aturan-aturan/norma-norma yang bersifat imperative/memaksa sebagai konsekuensi seseorang memasuki suatu kelompok sosial.
3. Rasa Percaya Diri
Pengalaman membuktikan sebagian siswa masih mengalami demam tampil/ndredeg ketika harus tampil memimpin. Namun, umumnya hilang ketika giliran kedua atau seterusnya.
4. Kebersamaan/Jiwa Korsa/Esprit de Carps
Dalam posisi upacara, untuk melanjutkan ke gerakan/aba-aba berikutnya ditempuh jika aba-aba/perintah sebelumnya telah sepenuhnya dilaksanakan. Manakala ada satu/sebagian siswa lalai/tidak mematuhi aba-aba, maka “tersanderalah” seluruhnya. Melalui pembiasaan yang demikian, diharapkan tumbuh kesadaran akan kebersamaan. Diri seseorang adalah bagian dari kelompok-(nya).
5. Tanggungjawab
Ada sejumlah hal yang harus dilaporkan seperti jumlah, kurang, hadir, dan keterangan masing-masing yang berhalangan hadir. Pemimpin harus secara akurat melaporkannya kepada guru. Yang demikian dimaksudkan untuk menumbuh-kembangkan sikap koreksi dan tanggungjawab
6. Tenggang Rasa
Sekali lagi pengalaman membuktikan meski seseorang sebelumnya sudah mempersiapkan diri namun ketika tampil memimpin acapkali masih melakukan kekeliruan. Temyata berperan sebagai pemimpin tak semudah yang menerima/melaksanakan aba-aba. Pengalaman-pengalaman seperti ini akan menumbuh-kembangkan kesadaran tenggang rasa.
7. Loyalitas Kritis Berjiwa Merdeka
Ketika sang pemimpin melakukan kesalahan (misal : dalam memberi aba-aba, laporan, gerakan tertentu) maka anak buah (teman-teman sekelasnya) yang dalam posisi dipimpin wajib memberikan koreksi dengan ucapan “ulangi” pernyataan korektif tersebut dilakukan sebanyak kesalahan yang dilakukan pemimpin dan baru tidak dilakukan lagi manakala sudah benar.
Dari tradisi yang demikian diharapkan tertanam kesadaran sikap loyal sekaligus kritis bukan mentalitas “yes man” atau loyalitas tanpa reserves. Anak buah dan/atau staf yang loyal adalah yang bisa mendukung sekaligus mengingatkan/mengoreksi. Loyalitas yang benar adalah loyalitas kepada person/pribadi orang yang kebetulan menjabat. Kepatuhan yang sehat dan rasional adalah kepatuhan bersyarat yaitu selama perintah/kebijakan pimpinan tidak keluar dan merusak misi organisasi dan secara hakiki bisa dipertanggungjawabkan secara horisontal (kepada sesama manusia) maupun vertikal (kepada Tuhan).
Karena itu kita juga harus bisa membedakan wilayah kedinasan/wilayah publik dengan wilayah privat/pribadi. Jika ini terwujud maka tidak hanya oleh negara secara formal melainkan juga secara riil dimiliki setiap masyarakat. Setiap warga negara dalam kondisi seperti ini secara teoritik kesalahan-kesalahan kolektif dapat dihindarkan, baik dalam konteks organisasi yang kecil maupun besar (negara).
1. Potensi Kepemimpinan
Setiap siswa secara bergilir diberi kesempatan untuk tampil memimpin upacara. Sebagai pemimpin upacara dituntut untuk melakukan aba-aba/tindakan-tindakan tertentu, dalam satu tahun ajaran seorang siswa dapat memperoleh 2 – 3 kali memimpim teman-temannya
2. Tertib Sosial Normatif lmperatif
Ada aba-aba dan tata cara yang baku yang memimpin maupun yang dipimpin. Ketika seseorang berperan memimpin harus bisa memainkan peran sesuai posisinya. Begitu juga yang berposisi yang dipimpin. Dari sini diharapkan tumbuh kesadaran bahwa pada setiap kelompok sosial demi tertib sosial terdapat aturan-aturan/norma-norma yang bersifat imperative/memaksa sebagai konsekuensi seseorang memasuki suatu kelompok sosial.
3. Rasa Percaya Diri
Pengalaman membuktikan sebagian siswa masih mengalami demam tampil/ndredeg ketika harus tampil memimpin. Namun, umumnya hilang ketika giliran kedua atau seterusnya.
4. Kebersamaan/Jiwa Korsa/Esprit de Carps
Dalam posisi upacara, untuk melanjutkan ke gerakan/aba-aba berikutnya ditempuh jika aba-aba/perintah sebelumnya telah sepenuhnya dilaksanakan. Manakala ada satu/sebagian siswa lalai/tidak mematuhi aba-aba, maka “tersanderalah” seluruhnya. Melalui pembiasaan yang demikian, diharapkan tumbuh kesadaran akan kebersamaan. Diri seseorang adalah bagian dari kelompok-(nya).
5. Tanggungjawab
Ada sejumlah hal yang harus dilaporkan seperti jumlah, kurang, hadir, dan keterangan masing-masing yang berhalangan hadir. Pemimpin harus secara akurat melaporkannya kepada guru. Yang demikian dimaksudkan untuk menumbuh-kembangkan sikap koreksi dan tanggungjawab
6. Tenggang Rasa
Sekali lagi pengalaman membuktikan meski seseorang sebelumnya sudah mempersiapkan diri namun ketika tampil memimpin acapkali masih melakukan kekeliruan. Temyata berperan sebagai pemimpin tak semudah yang menerima/melaksanakan aba-aba. Pengalaman-pengalaman seperti ini akan menumbuh-kembangkan kesadaran tenggang rasa.
7. Loyalitas Kritis Berjiwa Merdeka
Ketika sang pemimpin melakukan kesalahan (misal : dalam memberi aba-aba, laporan, gerakan tertentu) maka anak buah (teman-teman sekelasnya) yang dalam posisi dipimpin wajib memberikan koreksi dengan ucapan “ulangi” pernyataan korektif tersebut dilakukan sebanyak kesalahan yang dilakukan pemimpin dan baru tidak dilakukan lagi manakala sudah benar.
Dari tradisi yang demikian diharapkan tertanam kesadaran sikap loyal sekaligus kritis bukan mentalitas “yes man” atau loyalitas tanpa reserves. Anak buah dan/atau staf yang loyal adalah yang bisa mendukung sekaligus mengingatkan/mengoreksi. Loyalitas yang benar adalah loyalitas kepada person/pribadi orang yang kebetulan menjabat. Kepatuhan yang sehat dan rasional adalah kepatuhan bersyarat yaitu selama perintah/kebijakan pimpinan tidak keluar dan merusak misi organisasi dan secara hakiki bisa dipertanggungjawabkan secara horisontal (kepada sesama manusia) maupun vertikal (kepada Tuhan).
Karena itu kita juga harus bisa membedakan wilayah kedinasan/wilayah publik dengan wilayah privat/pribadi. Jika ini terwujud maka tidak hanya oleh negara secara formal melainkan juga secara riil dimiliki setiap masyarakat. Setiap warga negara dalam kondisi seperti ini secara teoritik kesalahan-kesalahan kolektif dapat dihindarkan, baik dalam konteks organisasi yang kecil maupun besar (negara).
*) dirangkum dari tulisan Drs. Priyo Waspodo, guru SMA N 1 Magelang, tentang Upacara Kelas antara Apresiasi dan Prestasi.
Langganan:
Postingan (Atom)
labuan dilanda banjir paca tsunami
suara.com - Sejumlah wilayah di Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang , Banten dilaporkan terkena banjir tinggi saat malam tahun bar...
-
HOME POLITIK EKONOMI & BISNIS NUSANTARA MILITER & HANKAM DUNIA ISLAM PENDIDIKAN GAYA HIDUP ...
-
Pada puncak peringatan hari Ulang Tahun Proklamasi Kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus akan selalu dilaksanakan suatu upacara yang m...